PENTINGNYA KOMUNIKASI DAN BUDAYA ORGANISASI GUNA MENINGKATKAN PRESTASI KERJA GURU
Oleh: Samto
Staf
Pengajar Konstruksi
SMK
Negeri 1 Singkawang
Keywords: Job
Performance, Communication, Organizational Culture.
Prestasi kerja
merupakan tingkat kesuksesan pelaksanaan tugas yang dipercayakan oleh pimpinan kepada bawahan,
dimana kesuksesan tersebut merupakan bentuk kemampuan terbaik yang bisa
dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan berupa hasil kerja. Hasil kerja yang
dicapai guru diukur berdasarkan target dan realisasinya meliputi kuantitas,
kualitas, waktu dan biaya. Sedangkan perilaku kerja meliputi orientasi
pelayanan, integritas, komitmen, disiplin, kerja sama, dan kepemimpinan diukur
berdasarkan kerja keras dan tanggung jawabnya. Penilaian prestasi kerja
tinggi diberikan kepada guru yang mampu memaksimalkan realisasi target kerja
dan berperilaku sangat baik dalam bekerja, serta menjadi bahan pertimbangan
penting dalam karir kepangkatan dan jabatan guru. Prestasi kerja seorang guru dikatakan baik jika
seorang guru telah melakukan tugas dan tanggung
jawabnya dengan baik, mampu merubah sikap dan perilaku (karakter) peserta didiknya menjadi lebih baik, mampu meningkatkan
penguasaan atau pemahaman ilmu pengetahuan (adaptif),
dan mampu meningkatkan ketrampilan atau keahlian peserta didiknya (produktif) sesuai bidang keahliannya
serta mampu menyelesaikan dengan baik tugas-tugas lain yang dibebankannya.
Prestasi kerja guru yang optimal merupakan harapan semua pihak, namun sayangnya
kinerja guru masih terdapat beberapa masalah seperti: meninggalkan jam mengajar
tanpa alasan jelas, malas membimbing siswa, rendahnya motivasi diri,
dan gejala negatif
lainnya. Kondisi ini tentu tidak kondusif bagi kemajuan sekolah, padahal prestasi kerja atau kinerja guru sangat penting guna meningkatkan ketuntasan hasil belajar peserta didik dan meningkatkan
mutu dan layanan pendidikan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi kerja guru antara lain: kemampuan, motivasi, dukungan
yang diterima, imbal jasa, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan hubungan
mereka dengan rekan kerja maupun pimpinan. Salah
satu komponen yang sangat menentukan prestasi kerja guru yaitu komunikasi, dimana komunikasi berperan
penting dalam interaksi sosial
di tempat kerja, seagai alat untuk mendayagunakan, bekerja
melalui orang lain, menghadapi berbagai persoalan dan lain sebagainya. Komunikasi yang
baik akan mempengaruhi iklim kerja yang memungkinkan
bagi guru untuk bekerja dengan penuh semangat, betah berlama-lama di sekolah, terciptanya
suasana keterbukaan, saling sinergi, dan terjalinnya hubungan kekeluargaan. Dengan
demikian komunikasi merupakan faktor pendukung terhadap prestasi kerja.
Peningkatan
prestasi kerja guru tidak
cukup hanya didukung oleh komunikasi yang baik, akan tetapi juga harus
dibarengi dengan sikap dan perilaku (budaya) kerja yang baik oleh para guru,
karena setiap individu dalam organisasi tidak lepas dari hakekat nilai-nilai
budaya. Nilai-nilai budaya seperti kedisiplinan, motivasi dan persaingan akan
membentuk norna, sikap, kebiasaan dan perilaku individu-individu akan menjadi
identitas budaya organisasi dan menjadi pendorong
bagi prestasi kerja guru.
Budaya harus dikomunikasikan ke seluruh anggota organisasi agar menjadi
maklumat dan komitmen bersama, begitu juga komunikasi yang telah berlangsung di
suatu organisasi merupakan satu bentuk dari budaya yang akan melekat dan
berlaku terus menerus di organisasi tersebut.
Suatu organisasi
dapat bergerak dinamis dan berkemajuan bila dipengaruhi oleh faktor komunikasi
dan budaya organisasi yang dibangun dalam organisasi tersebut. Faktor
komunikasi yang mempengaruhi guru untuk berprestasi yaitu komunikasi individu,
komunikasi dalam kelompok, dan komunikasi keorganisasian dengan membangun
hubungan saling menghargai, hormat-menghormati, saling percaya antar sesama
pegawai dan hubungan antara atasan dengan bawahan. sedangkan faktor
budaya organisasi meliputi aturan perilaku, norma, nilai
dominan, aturan, dan iklim organisasi.
Prestasi kerja guru, hampir mustahil dapat dicapai
tanpa dibarengi adanya budaya organisasi yang kuat. Pretasi kerja guru menuntut
terpenuhinya kemampuan dan motivasi kerja guru, dimana kemampuan guru tercermin
dari ketrampilan dan pengalaman yang dimiliki sedangkan motivasinya terlihat
dari kesungguhannya dalam bekerja. Capaian hasil kerja guru dituntut kualitas,
kuantitas, kecepatan (waktu), efektif dan efisien, biaya rendah, serta sikap
dan perilaku guru dalam bekerja. Untuk mendapatkan prestasi kerja yang baik
tersebut, seorang guru dituntut untuk menerapkan budaya organisasi pada dirinya
yakni disiplin dalam bekerja, mengikuti nilai atau norma, mampu mengendalikan
perilaku, mampu bekerjasama, dan bertanggung jawab atas tugas yang dibebankan.
Hubungan Komunikasi
dengan Kepuasan dan Hasil Kerja
Hasil studi Schuller dan
Blank dalam Arni Muhammad (2014:90) mengatakan bahwa ada hubungan yang positif
antara ketepatan komunikasi yang berkenaan dengan tugas, komunikasi
kemanusiaan, dan komunikasi pembaruan dengan kepusan kerja dan hasil yang
dicapai oleh pekerja. Studi Hawthorne (efek hawthorne)
dalam R. Wayne P. Don F. Faules (2005:60) menyimpulkan bahwa (1) perhatian
terhadap orang-orang boleh jadi mengubah sikap dan perilaku mereka. (2) moral
dan produktivitas dapat meningkat apabila para pegawai mempunyai kesempatan
untuk berinteraksi satu sama lainnya.
Komunikasi berkontribusi
positif terhadap kepuasan kerja dan capaian hasil kerja, kualitas dan kuantitas
komunikasi berhubungan kuat dengan kinerja organisasi, kepuasan komunikasi akan
menambah positif iklim organisasi.
Hubungan
Budaya Organisasi dengan Prestasi kerja
Menurut Ismail Nawawi Uha. (2013: 221) Budaya berprestasi atau achievement culture merupakan tipe
budaya yang mendorong dan menghargai kinerja orang. Budaya berprestasi lebih
berorientasi pada pekerjaan yang dilakukan dari pada peran. Budaya
berprestasi memberdayakan orang yang dipercaya untuk mendapatkan pekerjaan dan
bereaksi dengan tepat pada apa yang diperlukan pekerjaan. Nilai-nilai bersama (share value) yang mengembangkan budaya
berprestasi yang kuat adalah: (1) berorientasi pada hasil; (2) pelayanan
pelanggan unggul; (3) inovasi; (4) kejujuran; (5) penghargaan; (6) responsif
terhadap perubahan; (7) akuntabilitas; dan (8) keinginan besar.
Budaya yang kuat
dan memiliki ciri khas dapat memperkuat sub-sub budaya organisasi di
bagian-bagian organisasi yang lebih rendah. Budaya masa lalu yang sudah tidak
relevan atau ketinggalan zaman dapat menghambat aktivitas organisasi. Budaya organisasi harus disesuaikan
dengan keadaan, lingkungan, dan perkembangan zaman. Walaupun budaya lama sulit
untuk diubah, budaya organisasi dapat dibuat untuk lebih meningkatkan prestasi.
Budaya organisasi
sekolah kaitannya prestasi kerja guru yaitu memenuhi keinginan pemerintah dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa, memenuhi keinginan orang tua siswa dan dunia
usaha menyangkut kompetensi lulusan yang dihasilkan, perbaikan dan inovasi
layanan pendidikan, menjalin kepercayaan, memberi motivasi kepada guru untuk
meningkatkan karier dan memperbaiki hubungan.
Hubungan
Komunikasi dan Budaya Organisasi Terhadap
Prestasi
Kerja
Menurut Edward T. Hall dalam Deddy
Mulyana (2007: 6) mengatakan bahwa” budaya adalah komunikasi” dan “komunikasi
adalah budaya.”
Kotter
dan Heskett dalam M. Pabundu Tika (2008:139) menyimpulkan hubungan budaya
organisasi dengan kinerja organisasi, sebagai berikut: (1) budaya perusahaan
mempunyai dampak yang berarti terhadap kinerja perusahaan, (2) budaya
perusahaan menjadi salah satu faktor keberhasilan atau kegagalan perusahaan,
(3) budaya perusahaan yang menghambat kinerja keuangan cukup banyak, akibat dari
perilaku yang tidak tepat, dan (4) walaupun sulit untuk diubah, budaya
perusahaan dapat dibuat agar bersifat lebih meningkatkan kinerja.
Mengkomunikasikan
budaya organisasi secara efektif tergambar dari apa saja isi informasinya dan
kapan waktu yang tepat untuk diinformasikan dengan tujuan untuk mendorong peningkatan
prestasi kerja anggota organisasi, memungkinkan terjadinya komitmen dan tindakan
kerjasama,
mendorong atau menggerakkan guru untuk melaksanakan pekerjaan, membentuk sikap
dan menanamkan
kepercayaan,
serta meyakinkan
dan mempengaruhi perilaku. Etika dan perilaku guru menjadi bagian dari
budaya organisasi yang harus ditanamkan
dalam organisasi sehingga menjadi pendorong pencapaian prestasi kerja.
Budaya organisasi merupakan
faktor penting
bagi kinerja organisasi. Budaya organisasi muncul dalam dua dimensi, yaitu dimensi
yang tidak tampak (intangible)
meliputi filosofi,
ideologi,
asumsi-asumsi
dasar keyakinan dan
nilai-nilai, serta
dimensi
yang nampak (tangble)
meliputi manivestasi konseptual,
perilaku
(behavioral) dan fisik
material. Budaya organisasi
meliputi dua
atribut yang berbeda,
1) Intensitas; yaitu
batas-batas atau
tahap-tahap
ketika
para anggota
organisasi (unit) sepakat atas norma-norma, nilai-nilai,
atau isi budaya
lain yang berhubungan dengan
organisasi atau unit tersebut. 2) Integritas; yaitu batas-batas
atau tahap-tahap ketika
unit
yang
ada
dalam suatu organisasi ikut serta memberikan
budaya yang
umum.
Memahani hakikat hubungan manusia merupakan pencerminan hubungan individual
dengan lingkungan eksternal, realitas, dan hubungan antar anggota baik
hierarkis maupun kolektotal yang perlu dikomunikasikan bersama kaitannya dengan
kinerja, maka diperlukan perbaikan hubungan antar guru, dan memberi motivasi
kepada para guru untuk meningkatkan karier.
Komentar
Posting Komentar